PEREMPUAN TERJAJAH BUDAYA
Perempuan Indonesia sejak Orde Baru dan pasca reformasi memasuki penjajahan baru, yaitu budaya, khususnya budaya yang sifatnya superficial atau luaran. Secara dalaman-atau interior perempuan Indonesia sudah terjajah oleh Patriarki, nilai dan norma yang diterapkan dan berwujud terwujud didalam keseluruhan sistem hidup manusia Indonesia.
Penjajahan dalam arti ini adalah dominasi, hegemoni yang baik secara sadar maupun tak sadar diterima dikarenakan rekayasa kondisi. Kondisi yang tidak memungkinkan perempuan keluar dari situasi tersebut secara serta merta. Perempuan terjajah budaya artinya, secara diri sendiri kedaulatannya atas budaya lemah atau hampir tidak ada. Pada konteks budaya di sini adalah bagaimana perempuan memilih cara hidup, gaya hidup, tampilan diri diri-berpakaian, eksistensi kemanusiaan dan tata cara lainnya dalam keseharian perempuan. Perempuan belum berdaulat atas semuanya.
Lemahnya kedaulatan budaya tersebut sudah berlangsung ratusan tahun, namun dalam tulisan ini saya akan menulis dalam konteks Orde baru dan Pasca Reformasi. Marilah kita lihat kedaulatan budaya perempuan dalam konteks kebudayaan besar Indonesia, GRAND CULTURAL HERITAGE OF INDONESIA–yang mencakup pumpunan kebudayaan leluhur bangsa Indonesia yang berakar dari tradisi dan budaya suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.Budaya Indonesia, yang asli Nusantara tersebar di seluruh penjuru negeri. Itulah budaya yang antara lain meliputi budaya terkait kehidupan sehari-hari (makan, minum, tidur, hidup sehat, tempat tinggal dan berpakaian). Para perempuanlah yang paling memiliki andil terbesar dalam melestarikan dan mengenalkan kembali pada seni dan budaya berkehidupan sehari-hari.
Namun serbuan dan penajajahan budaya luar negeri, tidak hanya melunturkan segala bentuk kebudayaan asli terkait sandang, pangan dan papan. Yang paling mencolok tentu saja pakaian sehari-hari rok dan celana panjang yang mungkin saja tidak hanya merupakan model gaya terbaru dari yang sudah ada jauh sebelum NKRI berdiri dan datang dari luar Nuswantara.
Warisan Leluhur sesungguhnya masih banyak yang dikuasai, dipraktekkan oleh perempuan Indonesia, namun karena penjajahan Luar Negeri, sehingga apa yang dipraktekkan nilai, tatacara dan esensi pesan dari ‘tradisi’ ‘praktek Leluhur” tidak diketahui atau semuanya taken for granted. Warisan Leluhur sebagai Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Tatakelola yang dipraktekkan oleh Leluhur di masalalu tidak diketahui atau tidak didalami bahkan tidak dikuasai oleh perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia tidak paham bahwa para leluhur sering bersemedi mengontrol diri untuk memanjangkan waktu, mengenali para penghuni ‘jahat’ dan ‘baik-Suksma” dari seorang manusia. Sehingga para perempuan Indonesia malahan belajar Yoga atau belajar meditasi (semedi) dari orang luar..
Adapun ajaran Leluhur tentang kehidupan, kematian, pertumbuhan menjadi manusia dewasa juga tidak dikenali oleh perempuan sekarang. Bahwa pada masalalu perempuan hamil, menyusui, anak lahir, tanggal dan hari lahir, persenggamaan untuk menghasilkan anak serta apa-apa yang ada di alam sebagai bagian menyatu dalam kontrol manusia dengan perantara Leluhur tidak dipahami oleh perempuan Indonesia…Ini karena jeratan ajaran luar, khususnya barat dan timur tengah yang sama sekali menjauhkan perempuan dari Ilmu di BUMI-nya sendiri…
bersambung