Menggugat Penjajahan Ilmu Pengetahuan Budaya: Reklaim Pengetahuan Milik Nusantara
Sudah berapa tahun sejak Indonesia merdeka bangsa di Nusantara menyerap Ilmu Pengetahuan budaya,khususnya arkeologi dan sejarah Nusantara (sebelum Indonesia merdeka) dari rujukan luar/ Belanda: selamanya. Berapa persen jumlahnya didalam kurikulum sejarah dan arkeologi Nasional: lebih dari 75%.
Lalu apakah diantara sejarah tersebut ada juga kontribusi warga pribumi dan memiliki kebenaran. Ada. Beberapa diantaranya dalam bentuk tuturan sastra dan tembang, dan prosa. Seperti Ramalan Jayabaya dan Ronggowarsito .Apakah diajarkan dalam kurikulum Nasional? Tidak mengapa..panjang ceritanya? Itulah jalannya. Waktunya yang diberikan bagi sejarah Nusantara yang dituliskan dan dibabarkan oleh pihak lain.
Kini setelah 500 tahun pertamakali penjajah Asing mendarat disalah satu daerah Nusantara (Banten) apakah kita akan terus-terusan menerima goresan Sejarah Nusantara, Nenek Moyang, Leluhur dari tulisan dan tuturan pihak lain, bangsa Lain. Apakah bukan kini waktunya kita meneliti kembali,mengkaji kembali kebenaran fakta tentang Jayanya Nusantara di masalalu, Mengapa bisa Jaya, apakah Bisa Kembali jaya jika kita mengambil pelajaran dari Masalalu, dalam arti menyerap Ilmu Pengetahuan Leluhur, mempelajarinya dan mempraktekkannya sehingga dapat menjadi bekal untuk Nusantara Jaya kembali di KINI dan Ke depan..
Apakah bisa mempelajari ilmu pengetahuan dan kejayaan di masalalu? Apakah baik, mengapa masih ada yang berusaha menghalanginya…
Ilmu Pengetahuan (Modern) adalah Dominasi Ilmu Pengetahuan Barat
Bila kita membaca The Racial Contract karya Charles W. Mills maka kita akan memahami bahwa semua sistem hidup di seluruh dunia didominasi dan dihegemoni oleh Barat/Western. Lebihjauh lagi pada konteks segala sistem hidup yang berjalan antar negara, di dalam negara semuanya memposisikan Kulit Putih di atas smua kulit berwarna di dunia. Pada titik antar negara maka semua negara kulitputih adalah Western dan memiliki superioritas terhadap non-putih.
Ilmu Pengetahun sejak jaman sebelum Indonesia Merdeka didominasi oleh Kulit Putih. Hingga pada Akhirnya seorang Soekarno mengadopsi ilmu pengetahuan dari kulit putih, untuk melawan kulit putih sendiri..Soekarno mengadopsi hak tentang kebebasan hak manusia. Namun diluar itu semua Soekarno dan pemimpin Indonesia di awal Kemerdekaan hingga paska Indonesia merdeka tak berhasil membongkar Ilmu Pengetahuan untuk memindahkan atau paling tidak menjadikan Non Western sebagai acuan bagi ilmu Pengetahuan, apapun bidangnya apakah science atau social science.The Racial Contract telah menyebabkan adalah sah bagi ilmuwan atau Lembaga Ilmu Pengetahuan menganggap sah untuk tidak peduli atau tidak mengakui kredibilitas dari Ilmu Pengetahuan non-western. Para ilmuwan barat, khususnya yang social science akhirnya mendefinisikan sendiri differensiasi atau keahlian yang hanya atau dikuasai oleh orang non-western, antara lain dengan menyebut penduduk atau suku suku asli sebagai Indegenous people..lalu menyebut segala pengetahuan para non-western dari suku asli yang tidak dapat dijangkau pikiran para ilmuwan barat dengan mistis, mitos, magis..
Pikiran rasis/ mengejawantah dalam racial contract telah menyebabkan barat menjajah Asia dan Afrika. Tidak hanya itu mereka pun menjajah, melemahkan dan merendahkan ilmu pengetahuan dan tatacara hidup penduduk asli. Mereka menyebutnya uncivilized? Tidak beradab. Tidak mempunyai kebudyaan dan sosial yang terstruktur..
Leave a Reply