Mengikuti dan melakukan pilihan, dalam Pemilihan Umum adalah Kesadaran Hak atas Kebaikan Bersama. Ya, kembali ke dasar kata ‘politik’ dari “polis” kota/tempat tinggal bersama. Menentukan pilihan politik dengan menggunakan Vote/hak memilih adalah kesadaran diri sendiri (tanpa paksaan) untuk turut menjadi penentu jalannya kota/tempat tinggal bersama. Itulah tindakan peduli. Memilih berarti peduli. Tidak Memilih berarti tidak peduli.
Dimasa yang akan datang, ketika alam semesta Indonesia telah cukup bersih dari pengaruh buruk sang Kala, mungkin kesadaran rakyat tentang kehidupan bersama yang lebih baik, “bukan tentang dirinya sendiri” akan hadir dan menghantarkan Pemilu sebagai arena terpilihnya pemimpin yang benar untuk memomong rakyat.
PEMILU 2014 tidak lama lagi, 8 bulan ke depan. Pemilih wakilnya di legislatif (DPR) dan pemilih kepala negara.
Kiranya rakyat Indonesia akan memiliki kesadaran bahwa sikap peduli akan membawa pada kebaikan, bahwa peduli datang ke TPS, memilih yang berwarna dan bukan menjadi golput akan mengurangi golongan hitam (butho). Jika dimasalalu telah melahirkan pemimpin/anggota DPR yang korup karena rakyat banyak yang memilih bukan karena peduli tetapi karena dibeli, diiming-imingi, dan penyelenggara pemilu-nya juga butho (ada yang dipenjara) dan ada yang tidak punya moral etika.
@umilasminah
baca juga puisi saya Kepada Golput saat menyongsong Pemilu 2004 (yg dimenangkan golongan hitam) http://puisiumipoet.wordpress.com/2012/07/30/kepada-golput/
Leave a Reply