Bumi padamulanya dikelola oleh para Dewa/Dewi yang mengejawantah-menitis menjadi Raja/Ratu Manusia. Mereka dibimbing oleh Batara-Batari, Dewa/Dewi. Adapun Bumi, tanahnya lapisan pertama oleh Dewi Pertiwi, maka di Indonesia dikenal Ibu Pertiwi. Beliau juga adalah Dewi Sri, atau di Jawa disebut Mbok Sri, Dewi Padi. Sebagai pengelola dan penguasa Bumi lapisan pertama, tentunya rakyat pada masalalu sangat dekat dan mengenal Beliau. Dan Dewi Sri juga menitis pada perempuan yang menjadi Maharatu besar yang menjadi penguasa Semesta Raya seperti Dewi Sitawaka (Kerajaan Maswapati dikenal sebagai SriWiJaya (Sri= Dewi Sri, Wi=Paling, Jaya=Jaya), juga Maharatu Shimahawan dari Medang Kamulyan yang kekuasaannya hingga ke Jepang dan Rusia. Tentunya dengan kekuasaan tersebut pengetahuan dan teknologi juga menjadi bagian yang ditinggalkan oleh Leluhur di negeri-negeri tersebut.
Para dewa-dewi Beliau yang pertama kali mengajarkan manusia tentang bagaimana hidup di dunia/arcapadda. Tentang bagaimana mengenali semua mahluk hidup (tanahaman dan hewan), bagaimana membaca sastra cetha (sastra jelas dari Alam). Selain membaca mengenali manusia juga diajarkan untuk mengelola, menguasai secara bijak dan melestarikan. Melestarikan adalah Surga. Di surga tak ada habisnya infiniti/borderless. Arah ke surga semakin dekat sebenarnya ketika kini manusia masih diberi kesempatan untuk terus menikmati makan/pangan dan tinggal secara bahagia bersama dan didalam nature (alam). Pada masalalu industrialisasi juga sudah berjalan, dalam arti pemenuhan kebutuhan manusia dipenuhi melalui teknik produksi sesuai kebutuhan jumlah, tidak berlebih melainkan hanya kualitas karya yang berbeda. Sehingga industri bukanlah proses kapitalis yang menindas, melainkan proses manusia dalam kerangka makrokosmos dan mikrokosmos. Manusia dengan kekuatan adidaya terentu dan menjalin hubungan dengan kosmos yang baik maka penciptaan produk juga merupakan bagian dari blessing berkah Sang Pencipta Penguasa yang sesungguhnya.
Kini ketika globalisasi dalam arti dunia yang semakin mengecil, teknologi yang memperpendek waktu dan mempercepat memperdekat jarak. Menjadikan industri tidak lagi berpusat disatu titik pengolahan manufaktur namun tersebar diseluruh penjuru dunia dari lokasi di pedalamanan hingga dipusat kota maupun di wilayah urban yang kumuh. Namun sepanjang perjalangan manusia modern yang merasuk ke Indonesia, keaslian tradisi dalam proses produksi terpinggirkan. Indusri tidak lagi korelasi makro dan mikro kosmos. Namun lebih pada manusia dengan manusia terutama materi/matter. Pengkondisian tersebut searah dengan ideologi yang menguasainya, patriarki. Patriarki menjadi nilai tertinggi dalam praktek kakuasaan segala bidang diperkirakan sejak abad ke 15. Jejaknya bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan asli masyarakat diAmerika Latin/Selatan, Amerika Utara, juga masyrakat asli di Asia. Patriarki memegang teguh nilai maskulin, yang membuat struktur pembedaan struktur berjenjang, perempuan lebih rendah laki-laki lebih tinggi. Hal ini lagi lagi karena dogma ajaran monotheis bahwa manusia pertama adalah laki-laki.
Leave a Reply