Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berkerjasama dengan Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak, Asian Associatoon of Women Studies dan Komnas Perempuan mengelar acara International Conference and Workshop on Gender “Women’s Leadership and Democratitaion in 21th Asia” di Jakarta. Konfrensi dimaksudkan sebagian wahana Kajian terkait kepemimpinan perempuan di Abad ke 21. Konfrensi di ikuti para peneliti dari berbagai wilayah Indonesia juga menghadirkan partisipan dari Korea Selatan, Philipina dan Thailand.
Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Prof. Yoja a Yembisi selaku Keynote speaker antara lain menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Jokowi mendukung kepemimpinan perempuan dan sebagai salah satu Dari 10 Negara yang ikut dalam mendorong terwujudnya planeet 50:50 tahun 2030.
Ibu Yohana Yembesi menyampaikan antara lain; komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai kepemimpinan perempuan 50:50 tahun 2030, dengan mempromosikan He for She yaitu gerakan mendorong laki-laki mendukung keterwalilam peempuan. Indonesia sbg salah satu dari 10 Negara terpilih untuk komitmen 50:50 adalah karena sbg Negara demokrasi dg popularitas muslim, perempuan nya termasuk negara yang developed. Planet 50;50 kebijakan PPA mendorong keterlibatan perempuan gender balance.
Adapun Kementerian PPA juga melakukan kegiatan mendukung keterlibatan perempuan politik untuk Pemilu 2019 yad dengan memberikan pelatihan peningkatan kapasitaa perempuan Caleg. Mengingat Masih adanya hambatan2 tantangan bagi Perempuan maju dalam dalam kontestasi politik masih menghadap i social cultural barrier dianggap second sex dan objet domestic violence. Nilai sosial budaya belum ada posisi kesetaraan antara posisi perempuan laki. Perempuan juga mengalami kesulitan mendapatkan sumber finansial bila akan ikut kontestasi politik, harus ijin suami dan keluarga, dan mendapat dukungan dana. Sedangkan kondisi ril politik masih belum dapat dipisahkan dari Partai Politik, asih terdapat bias gender di partai politik yang memapankan gender inequality. Hal itu membuat sangat diperlukan keterlibatan semakin banyak perempuan dalam posisi pengambil keputusan politik. Kebijakan afrimasi kuota sampai saat ini masih belum dapat melepaskan ketergantungan parpol ketika perempuan akan terlibat dalam politik
Lembaga Ilmu Pengetahuan selaku host Konfrensi diwakili oleh Tri Nuke Pudjiastuti dalam siaran pers menyatakan bahwa LIPI erus mendukung kepemimpinan erempuan dan d harap kan dari Konfrensi akan menghasilkan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi perempuan abad ke 21 dalam hal kepemimpinan.
Berbagai penelitian yg telah dikaji dipaparkan peneliti Indonesia antara lain trkait Topik perubahan demokrasi dalam keluarga, gender kepemipiman Perempuan dan islam, adapun Presiden AAWS dari Ehwa Women University Korea Selatan pemaparan kepemipinan perempuan dalam konteks dan kategori yg memiliki berbagai aspeknya, antara lain kategori dan cara eks presi power, power to/with dan bukan power over.
Konfrensi berlangsung 2 hari, 27-28 April, 2018 sebagaimana berbagai Konfrensi intelektual/Akadem, acara i secara maraton dilakukan dengan pemaparan berbagai topik Konfresi melalui presentasi paper hasil penelitian, berbagi informasi dari wilayah dan konteks sosial yang berbeda dalam panel-panel diskusi, termasuk dibukanya tanya jawab baik dari participant narasumber atau peserta di floor. Hal menarik ketikpertanyaan kritis yang dilontarkan narasumber dari Thailand dalam sesi pleno, membutuhkan jawaban bersama yg dilakukan oleh dari Thailand, tentang perlunya redifinisi makna demokrasi. Meredefinsi makna Demokrasi mengingat slama ini yg didengungkan yaitu politik Keterwakilan / politic represebtasi dan pemilihan/election hanya lah bagian dari Demokrasi, dan terbuka untuk peserta menggali kembali demokrasi yang sampai saat ini belum memberi ruang partisipasi perempuan secara memadai. (UL)
Leave a Reply