Patriarki
Patriarki adalah ideology dan mewujud dalam sistem sosial dimana laki-laki memegang peran utama dan kekuasaan sehingga dalam prakteknya diseluruh bidang kehidupan manusia laki-laki mendominasi, menguasai, menentukan dan memutuskan segala hal. Kepemimpinan politik, kepemimpinan agama, hukum, maupun budaya semua dalam kontrol kuasa dari laki-laki, bahkan dunia spiritual dan moral pun dalam cengkraman laki-laki. Laki-laki disini tidak terbatas pada manusia berjenis kelamin, sangat mungkin perempuan yang mengadopsi ideologi dan sistem patriarki sehingga menjadi alat kekuasaan patriarki bahkan melanggengkan patiarki. Sebagaiman disampaikan oleh Kamla Bashin “”I know enough women wo are totally patriarchal, who are totally anti-women; who do nasty things to other women, and I have known men who have worked for women’s rights their whole life. Feminism is not biological: feminism is ideology”. Secara konsensus patriarchy ideology hanya bisa dilawan dengan ideologi feminis. Ideologi feminis sendiri tidak tunggal, ada banyak cabang dan bentuknya, lahir secara beriringan dengan bentuk penidasan patriarki.
Secara global feminisme lahir dan dikembangkan dalam dunia akademik di barat (baca eropa utara dan amerika utara) lalu berkembang dan menjadi bagian perjuangan gerakan yang berjalan bersama pembelaan hak asasi manusia. Sebagai sistem dan ideologi, praktek dan wujud sehari-hari patriarki terjadi dalam semua bidang kehidupan primer maupun sekunder manusia, publik dan private termasuk dalam bidang olah raga yang tak lagi bersifat sekunder namun juga primer untuk kesentosaan manusia. Sejak Indonesia merdeka olah raga menjadi bagian penting nasionalisme ketika kompetisi seiring berjalan dengan identitas negara. Akan tetapi pertumbuhan akan menguatnya nasionalise tak sejalan dengan penghapusan penindasan patriarki yang terjadi dan berjalan bersamaan. Hal inilah yang menjadikan keterpurukan perempuan karena seksisme dalam dunia olahraga di tanah air hampir tak mendapat perhatian media. Yang paling sederhana adalah prestasi nasional dibidang sepakbola Timnas Putri lolos Kualifikasi Piala Asia 2022 luput dari perhatian media nasional. Sebelum memasuki topik utama, berikut ini adalah bagaimana patriarki mewujud dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana perempuan seringkali turut serta menjadi agen patriarki ketika tetap mengadopsi prakteknya dan tidak merasa, atau tidak peka atas seksisme yang sedang terjadi dan dialami oleh perempuan.
Contohnya yang baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat ada pelatih tim club sepakbola perempuan nasional (dalam NWSL National Women Soccer League; soccer adalah sepakbola dalam bahasa Inggris Amerika Serikat) yang membully dan melecehkan para pemainnya. Sudah dilaporkan, termasuk diantara yang menerima laporan atau mengetahuinya adalah perempuan, tetap saja diam hingga akhirnya terkuak jumlah korban yang lebih dari satu orang, dan yang lebih parah tentu kasus Larry Nassar bertahun-tahun terjadi akhirnya terkuak dan menjadi pendobrak kasus kekerasan seksual dalam gerakan #MeeToo. Di Indonesia salah satu yang “belum” tersentuh “aktivis” isu gerakan kesetaraan gender dan woman’s rights mungkin dalam bidang olahraga. Mungkin tak ada juga matakuliah olah raga dan feminisme dalam discourse akademik di Indonesia, patriarkinya masih kuat mencengkeram.
Berikut, ciri khas feminis dengan feminismenya adalah mengcounter praktek yang diabadikan dalam kehidupan melalui ideologi patriarki:
Patriarki | Feminisme | Perwujudan counter |
Dominasi laki-laki atas perempuan. Semua posisi pengambil keputusan, penentu, dsb oleh laki-laki. Dikenal dengan praktek ideologi seksisme, dimana secara khusus manusia jenis kelamin perempuan mendapatkan perlakuan yg merendahkan kemanusiaannya(dengan segala bentuk & wujudnya dalam kehidupan seorang perempuan di dunia publik/privat), second sex. | Setara perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam segala bidang kehidupan. | Politik: Kuota (affirmatif action), baik yang diperjuangkan (perebutan kursi pemilu perempuan) maupun yang direserved sistem (India, Indonesia pernah menyediakan kursi di MPR untuk perwakilan perempuan) |
Kapitalisme/Imperialisme Mengutamakan keuntungan yang diperoleh dari produksi barang yang sebanyak-banyaknya, Penjajahan untuk penguasaan/mendapatkan bahan baku industri (kapitalis) | Ekonomi Subsisten yang terutama adalah pemenuhan kebutuhan manusia, bukan memproduksi yang banyak, tetapi saling menyediakan kebutuhan tidak berlebihan, Sosialisme dan menentang segala bentuk penindasan atas bangsa-bangsa | Di suatu wilayah kecil dipelosok warga dengan sistem ekonomi berbagi bersama. Hidup dari yg ditanam dan dipelihara. Sistem ekonomi kredit tanggung renteng yang dilakukan para ibu-ibu di wilayah Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. |
Eksploitasi alam/hutan tambang dsb | Memelihara Hutan, hidup di hutan, dalam hutan. Perempuan memelihara alam, perempuan dari kalangan masyarakat adat adalah pemilihara hutan dan menanam sumber pangan di halaman rumah bagi keluarga. | Pesantren ekologi Garut, selain menujukkan bahwa subsisten perspektif dalam dilakukan, keberlangsungan dan kelestarian alam dapat sejalan dengan prinsip kesetaraan. |
Diskriminasi sebagai pantulan patriarki. Diskriminasi terhadap yang the powerless (perempuan, masyarakat adat, difabel, ras, agama minoritas) | Kesetaraan dalam Feminisme adalah termasuk tanpa diskriminasi dalam segala hal, perempuan mengalami diskriminasi bertingkat jenis kelamin, rasnya, agamanya, ekonominya dsb. | Dalam bidang Olah Raga di Inggris telah terjadi kemajuan, diskriminasi dalam pengupahan tidak terjadi, artinya perempuan dan laki-laki dalam TimNas Inggris mendapat upah yang sama. |
Diskriminasi dan Dominasi dalam dunia Olah Raga: Pemberitaan media massa. Olah Raga diklaim milik dan semata-mata untuk laki-laki, terkait dengan pandangan Binari Maskulin/Feminin. Laki-laki kuat, laki-laki berkuasa. Powerful laki-laki, Powerless perempuan. | Inklusif, dalam berbagai kegiatan olah raga perempuan, dapat membawa anak, laki-laki tetap terlibat dan juga ada non gender binari. Power To-kekuasaan bukan Power Over/Kekuasaan Atas tetapi kekuasaan untuk didistribusikan. Nature-nya Ibu mendahulukan anaknya. | ESPNW (industri broadcast olah raga) Togethrx inisiatif atlit ternama perempuan yang mengankat berita perempuan dan olahraga platform Medsos (Amerika Serikat) |
Liga dan cabang olah raga sepakbola di banyak Negara adalah khusus tim sepakbola laki-laki. | Memberi ruang prestasi olah raga yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Liga sepakbola putri tumbuh di negara-negara. NWSL (USA), WSL (Australia), Inggris paling banyak liganya, Liga Amerika Latin Copa America Feminina, Perancis dll | Inklusif, Perempuan juga mendirikan liga dan tanding dalam sepakbola yang difasilitasi FIFA. Tentunya tak dapat dipungkiri ada inisiatif negara yang telah lebih dahulu maju dibidang sepakbola tim putri. |
Sepakbola Putri Indonesia dalam Cengkraman Seksisme, Tidak Penting untuk Diberitakan

Negara di dunia, dapat dikatakan telah advance ketika timnas putri sepakbola negaranya ikut dalam turnamen Final Piala Dunia Sepakbola putri. Dari ratusan negara di dunia, 24 negara maju bertanding turnamen final perebutan Piala Dunia Perempuan 2019, di Perancis. Negara Thailand turut bertanding mewakili Asia Tenggara,mmeskipun kalah 0:13 dari juara Dunia Amerika Serikat kehadiran timnasnya di perhelatan dunia merupakan suatu yang membanggakan. Hal ini karena dalam setiap pertandingan antar tim regu suatu negara, Bendera dan Lagu kebangsaan dikumandangkan di stadium oleh raga internasional dan diliput oleh stasiun berita dari berbagai penjuru dunia.
Namun Indonesia meskipun hampir semua cabang olah raga diikuti perempuan dan laki-laki, sepakbola termasuk yang tidak ada tim putrinya, pemberitaan media massa tentang sepakbola putri sangat minim. Khususnya ketika Tim Sepakbola Putri Indonesia mampu menembus kualifikasi perebutan Piala Asia 2022, prestasi yang baru diperoleh kembali setelah 32 tahun kemudian. Tetap saja, hampir tak ada media mainstream memberitakan berita gembira tersebut. Mengapa hal ini terjadi, ideologi patriarki dan praktek seksisme di segala bidang kehidupan di Indonesia masih sangat parah khususnya dalam bidang olahraga.
PON XX di Papua yang berlangsung 2-15 Oktober 2021 diikukti oleh 6 tim sepakbola putri yang berasal dari DKI Jakarta, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan Tengah. Sebelum mendapatkan tiket tanding perebutan medali eman PON cabor sepakbola putri telah mengikuti pertandingan penyisihan sebelumnya.
Indonesia, sistem patriarki yang bercampur kuat dalam praktek religi membuat keterpinggiran perempuan menjadi-jadi, khususnya dibidang olah raga populer seperti sepak bola, basket dan olah raga beregu lainnya.
Untuk kedua event PON maupun Piala Asia sepakbola putri, pemberitaan sangat minim. Bahkan bisa dibilang tidak ada dalam berita mainstream. Apabila alasanya karena pada saat yang sama sedang berlangsung pertandingan Liga Satu Sepakbola putra dimana tim/club sepakbola dari daerah saling memperebutkan piala, tentu alasan yang sangat patriarkal. Seakan Indonesia hanya didiami oleh mahluk berjenis kelamin laki-laki. Namun pada kenyataanya seperti itu.

Di media-media maisntream seperti Kompas, Warta Kota baik online maupun cetak tak ada pemberitaan tentang Peristiwa Timnas Putri Indonesia lolos kualifikasi Piala Asia 2022, sementara berita sepakbola Liga Satu ada dihalaman muka, dan halaman berita Olahraga di halaman dalam tidak memuat berita Timnas Putri sementara olahragawan putri lainnya yang tidak mewakili Timnas dimuat ukuran hampir satu halaman. Mengapa saya mengkritisi ketiadaan media mainstream memberitakan Timnas Putri, karena selain media mainstream berita sepakbola putra baik timnas maupun klub telah menghabisi ruang-ruang di media khusus olahraga baik cetak maupun online. Sexist Media atau Media Seksis, adalah penggambaran sehari-hari ideologi seksisme dalam paparan, tampilan, content, substansi dan aksesory media massa. Seksisme mengedepankan dan menempatkan laki-laki kaum dari jenis kelaminnya sebagai “pendorong” “penggagas” “pelaksana” segala kebijakan disegala bidang di dunia, dengan menempatkan perempuan dalam posisi objek seks, sex object, melekat dan sulit dilepaskan sehingga sangat mudah ditemui dalam seluruh conten media, seluruh jenis media. Media elektronik, media cetak, medsos, media audiovisiual (film) dan media kekinian (gadget), tentunya semua terkait juga dengan posisi-posisi laki-laki dalam industri media massa. https://wartafeminis.com/2011/09/01/media-seksis/.
Ini salah satu bukti bagaimana WartaKota pada tanggal 28 September 2021, semalamnya ada informasi 27 September 2021 Timnas Putri lolos kualifikasi Piala Asia 2022 setelah mengalahkan Singarpura di Tajikistan dengan skor 1:0, meniadakan informasi Kemenangan Timnas Putri. Pagi hari langsung cari berita di wartakota. Tak ada. Hanya berita di media online tertentu yang memberitakannya. Media mainstream yang memiliki dua kanal cetak dan online seperti Kompas dan Wartakota tak menyiarkan berita keberhasilan TimSepakbola Putri. Media online CNNIndonesia bisa dimaklumi memuatnya karena berafiliasi dengan Amerika Serikat dimana sepakbola/Soccer adalah olahlaga populer khususnya bagi kalangan putri sama halnya dengan basketball yang juga merupakan tim terbaik dunia.

Surat kabar mainstream/umum Jakarta halaman depan pada tanggal 28/09/2021 dan 29/09/2021beberapa saat setelah informasi Timnas Sepakbola Putri memastikan diri masuk kualifikasi Piala Asia 2022, tak ada beritanya sedikitpun. Sedangan halaman depan memberikan ruang untuk berita turnamen sepakbola antar klub, dua hari berturut-turut, halaman depan!. Perhatikan halaman tengah yang memuat berita olahraga 2 halaman, juga tak ada tentang berita Timnas Sepakbola Putri. Hal yang cukup menganggu adalah halaman tengah, 1 halaman penuh sepakbola putra pertandingan klub luar negeri.

Sementara pemberitaan media online sebagai-berikut: media CNNIndonesia sebagaimana disebutkan di atas, lalu media lain yang memuat berita Timnas Putri adalah media spesifik olahraga, bukan media mainstream atau umum.
Juga lihat Kompas pada tanggal 28-29 September 2021, sebagai berikut:

Tak jauh beda bahkan mungkin lebih parah parah, ada halaman Olahraga, lalu disusupkan olahraga dalam halaman Jendela, memuat Olahraga sepakbola pula dalam dan luar negeri, lagi-lagi tak ada info tentang Timnas Sepakbola Garuda Putri. Cukup mengenaskan gambaran di atas ini bagi saya, bagaimana atlit perempuan khususnya yang membawa nama Negara dengan Lambang garuda didadanya bekerja keras, latihan yang sama kualitas berat dan disiplinnya untuk bisa tampil membawa nama Negara untuk tersingkir dalam pemberitaan koran Kompas. Koran yang sudah lama berkibar mengklaim mendukung demokrasi dan kesetaraan gender.
Seksime dalam Sepakbola
Hal-hal yang diungkapkan diatas adalah ketiadaan pemberitaan pada Prestasi yang ditorehkan oleh TimNas Putri Indonesia di ajang internasional, lalu bagaimana realitas seksisme yang terjadi di lapangan sepakbola, di tribun penonton maupun di social media, apakah juga diberitakan ataukah terjadi dan tak ada yang peduli.
Bila berharap pada media mainstream tentu mereka masih tak peduli, meskipun fakta dan data di lapangan ada, masih sulit mencari pemberitaan tentangnya. Khususnya pada saat event Liga Sepakbola Wanita antar klub yang berlangsung Oktober-Desember 2019 dan tim sepakbola putri yang menjadi Juara adalah Persib Putri (Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung). Liga Sepakbola 2019 adalah liga yang untuk pertamakali dilaksanakan di Indonesia tiga bulan setelah gelaran Piala Dunia 2019 di Perancis. Pada masa berlangsungnya turnamen Liga Sepakbola Wanita 2019 yang diikuti 10 klub dari kota Jakarta, Bandung, Bogor, Sleman, Semarang, Surabaya, Makasar, Jayapura, Bali, Malang. Secara nasional, perseteruan antar fans klub sepakbola pria Persib Bandung dan Persija Jakarta dikenal sengit. Hal ini terbawa pada prilaku fans klub dengan menunjukkan seksismenya terhadap tim lawan. Perihal seksisme ini, sebagaimana dialami oleh pemain dari Tim Sepakbola Putri Persib dari Bandung Jawa Barat, Resa Julian, mahasiswa Universitas Komputer Indonesia yang menulis skripsinya berjudul Perancangan Kampanye Melawan Seksisme pada Sepakbola Wanita Persib Putri (disingkat Melawan Seksisme, pen.) melalui Media Poster, media lainnya yang ditulis oleh Resa Julian mahasiswa Universitas Komputer Indonesia, Bandung Jawa Barat.
Skripsi yang memberi gambaran pentingnya melakukan edukasi melalui kampanye melawan seksisme ini dapat dianggap sebagai suatu gerak pemikir muda untuk menyelesaikan masalah seksisme dalam sepakbola di Indonesia. Media massa non mainstream mengungkap masalah seksisme ini dalam berita di media khusus olahraga, sebagai berikut:
Meskipun difokuskan pada dan terkait fans pendukung lawan dari Tim Sepakbola Persib Putri, Melawan Seksisme yang didesain oleh Resa Julian menunjukkan pentingnya inisiatif komunitas dan kelompok masyarakat berbagai bidang Melawan Seksisme, dalam hal ini komunitas fans sepakbola. Desain melawan seksisme yang dikreasi oleh Resa Julian bertujuan menghadirkan media kampanye yang berisi pesan persuasif yang dapat merubah pola pikir, cara para pandang dan mengedukasi suporter laki-laki yang melakukan tindakan seksisme terhadap klub sepak bola wanita.
Melalui perancangan kampanye tersebut dapat mengedukasi suporter laki-laki baik yang berada di Kota bandung maupun di Indonesia secara luas, agar dapat menghargai dan mendukung klub sepak bola wanita secara positif.
Ini terjadi kepada klub Persib Putri setelah dikalahkan Persija Putri pada pertandingan Liga 1 Putri yang berlangsung pada hari Rabu 10 Oktober 2019, di stadion Maguwoharjo Sleman. Setelah pertandingan usai Persib Putri mengalami tindakan seksisme di media sosial yang dilakukan oleh akun fanspage pendukung Persija Jakarta dengan bentuk meme dengan menyebut Persib Putri “maung lonte”. Perilaku seksisme hingga sekarang sering ditemukan di media sosial. tindakan seksisme ini sering dikemas dalam bentuk candaan seperti meme
dan komentar pada postingan akun sosial media. Shiftman (2014, h. 13) menjelaskan “meme merupakan gambar, foto, tulisan dan lainnya yang bersifat humor dan disebarluaskan di internet”
Penelitian Resa dapat menjadi titik terang bagi perubahan mindset di masa depan, khususnya laki-laki penggemar sepakbola. Sebagai seorang laki-laki, penelitiannya juga mengambil sampel mayoritas laki-laki.Ada 173 responden terdiri dari 78% laki-laki dan 22%perempuan. Penelitian dilakukan sebagai keprihatinan atas peristsiwa seksisme yang tertuju pada tim sepakbola Persib Putri.
Meskipun difokuskan pada dan terkait fans pendukung lawan dari Tim Sepakbola Persib Putri, Melawan Seksisme yang didesain oleh Resa Julian menunjukkan pentingnya inisiatif komunitas dan kelompok masyarakat berbagai bidang Melawan Seksisme, dalam hal ini komunitas fans sepakbola. Desain melawan seksisme yang dikreasi oleh Resa Julian bertujuan menghadirkan media kampanye yang berisi pesan persuasif yang dapat merubah pola pikir, cara para pandang dan mengedukasi suporter laki-laki yang melakukan tindakan seksisme terhadap klub sepak bola wanita.
Melalui perancangan kampanye tersebut dapat mengedukasi suporter laki-laki baik yang berada di Kota bandung maupun di Indonesia secara luas, agar dapat menghargai dan mendukung klub sepak bola wanita secara positif. Desain kampanye Melawan Seksisme digunakan sebagai tagline #lawanseksisme
Ini terjadi kepada klub Persib Putri setelah dikalahkan Persija Putri pada pertandingan Liga 1 Putri yang berlangsung pada hari Rabu 10 Oktober 2019, di stadion Maguwoharjo Sleman. Setelah pertandingan usai Persib Putri mengalami tindakan seksisme di media sosial yang dilakukan oleh akun fanspage pendukung Persija Jakarta dengan bentuk meme dengan menyebut Persib Putri “maung lonte”. Perilaku seksisme hingga sekarang sering ditemukan di media sosial. tindakan seksisme ini sering dikemas dalam bentuk candaan seperti meme dan komentar pada postingan akun sosial media. Shiftman (2014, h. 13) menjelaskan “meme merupakan gambar, foto, tulisan dan lainnya yang bersifat humor dan disebarluaskan di internet”
Penelitian Resa dapat menjadi titik terang bagi perubahan mindset di masa depan, khususnya laki-laki penggemar sepakbola. Sebagai seorang laki-laki, penelitiannya juga mengambil sampel mayoritas laki-laki.Ada 173 responden terdiri dari 78% laki-laki dan 22%perempuan, dan hasilnya kuestioner terkait adanya seksime mayoritas setuju untuk mengubahnya melalui edukasi kesetaraan gender.

Melalui skripsi Melawan Seksisme Resa Julian memberikan tools dan medium kampanye beragam jenis yang didesain printing, social media, banner, flyer, scarft, flag dll dan siap digunakan. Salah satunya adalah Poster:
Materi poster
Pada poster ini berisi materi tahapan pencegahan seksisme yaitu:
- Hentikan memberi komentar tentang lelucon cabul, humor tentang seks atau merendahkan wanita pada sosial media pemain.
- Dukung kami dengan berikan teguran keras pada oknum suporter yang melakukan seksisme.
- Bergabung bersama kami untuk melawan seksisme dengan tagar #LawanSeksisme (kutipan skripsi)
Desain media kampanye yang dikreasi Resa Julian diharapkan dapat secara praktis menggerakan suporter laki laki sehingga teredukasi mengenai tindakan seksisme merupakan tindakan yang negatif. Dapat mengurangi tindakan seksisme yang dilakukan oleh suporter laki-laki.
Penutup
Di Indonesia ada dua kategori jenis olahraga. Olah raga rekreasi adalah olahraga untuk tujuan kesehatan, olah prestasi adalah olahraga pertandingan atau kompetisi yang memperebutkan sesuatu baik medali atau piala ataupun hadiah lainnya. Menariknya sepanjang turnamen yang mempersembahkan medali atau piala dari atlit dan mengatasnamakan bangsa, banyak yang dipersembahkan oleh perempuan. Namun mengapa seksime dalam bidang olahraga di Indonesia secara holistik belum juga berkurang, ketiadaan berita Timnas Sepakbola Putri dan berita tentang sepakbola putri di Tanah Air merupakan penghalang bagi perempuan yang ingin berkiprah dalam olahraga tersebut, kemana mencari panutan atlit sepakbola putri, dimana nonton perempuan main bola di tv, radio atau koran? Harus mencari berita ke surat kabar Iran, atau Australia yang timnas perempuannya juga masuk kualifikasi piala Asia…duh.
Apa yang Resa Julian kreasikan dalam praktek menulis demi kelulusannya sebagai sarjana Komunikasi, selayaknya menjadi penerang bagi aktivis perempuan, pembuat kebijakan baik pusat dan daerah (eksekutif), para pendidik, dan terutama media massa bahwa kekerasan terhadap perempuan benarlah terjadi di segala ranah kehidupan, termasuk olah raga. Hanya karena olah raga lebih dekat kepada bidang hiburan/kebutuhan rekreasi dan kesehatan non primer, maka ketidak adilan yang terjadi didalamnya sebagai bukan pelanggaran HAM, bukan kekerasan terhadap perempuan. Seksime adalah diskriminasi yang nyata. Indonesia sudah menandatangani CEDAW 1984, mengapa begitu sulit mengimplementasikan sesuatu yang telah menjadi komitmen Negara. Niat baik dan mewujudkannya, seperti tagline-nya Resa Julian #lawanseksime.
@umilasminah
Membaca secara kritis dan lebih jauh tentang perempuan dan olahraga sumber bacaan:
Alex Channon, Christopher R. Matthews (eds.) Global Perspectives on Women in Combat Sports: Women Warriors around the World, Publisher: Palgrave Macmillan UK, 2015
Jennifer Hargreaves ., Sporting Females: Critical Issues in the History and Sociology of Women’s Sport, Routledge,.1994
Susan Ware,, Game, Set, Match, Billie Jean King and the Revolution in Women’s Sports, North Carolina Press 2003.