Diantara seni budaya yang tidak terlalu dibahas dalam dunia akademisi dengan pendekatan feminisme adalah tari.[i] Probalitasnya adalah tari termasuk salah satu jenis kesenian dimana tubuh perempuan dikuasai oleh dirinya sendiri. Beberapa perkecualian tentu ada dalam budaya tradisional ataupun modern. Dimana campur tangan pihak di luar perempuan mengontrol tari. Sehingga tari yg dilakukan oleh perempuan bukankan terutama menjadi ekspresi seninya ataupun spiritualnya melainkan pihak di luar dirinya, penonton onlooker ataupun penjual pertunjukkan (biasanya tarian untuk menstimulus gairah seksual).
Tanpa berteori tentang tari lebih jauh, di Indonesia berapa tari tradisional kontemporer yang dikenal luas masyarakat karena jenis tariannya menggembirakan juga musiknya memiliki beat yang menggerakkan, tari Yapong. Dikenal sebagai tarian Jakarta karena awalnya tarian diciptakan oleh Bagong Kusudiardja 1977 sebagai karya yang lahir dari permintaan Ali Sadikin selaku Gubernur saat itu dalam menyambut HUT Jakarta. Permintaannya agar diciptakan tarian yang bersifat massal untuk menyambut Pangeran Jayakarta. Untuk itulah tariannya bertema kegembiraan dan gerakannya merupakan gerakan campuran dari tarian tradisional dari berbagai daerah diantaranya tari Topeng dan tari Piring.
Tarian Yapong bisa dipelajari segala usia, dan dipilih sebagai tarian dalam Komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu Budaya UI. Komunitas Bakul Budaya merupakan salah satu program kegiatan dari Pengurus Iluni FIB UI Bidang Pengabdian Masyarkat dalam bingkai Gerakan Literasi Budaya yang diketuai oleh Tri Fajar Dewi Marhaeni. Khususnya tari. Belajar, menghapalnya, tampil depan umum, dan mengajarkan kembali, diharapkan dapat menghilangkan kemungkinan kekayaan Indonesia punah, apalagi diklaim negara lain. Adapun penggagas dan kordinator Bakul Budaya Tri Fajar Dewi Marhaeni yang juga ketua Bidang Pengabdian Masyarakat mengajak masyarakat hadir dan ikut kegiatan Bakul Budaya sebagai bukti kecintaan pada budaya Indonesia, bahwa Bakul Budaya adalah rumah bagi seluruh elemen masyarakat untuk menumpahkan kreativitasnya dalam seni dan budaya yang terkait dengan tradisi Nusantara.




Bakul Budaya mengajak penari berpengalaman, guru tari Emma Wuryandari memulai latihan tari 3 Sabtu pagi, September 2022. Emma Wuryandari adalah penari yang memilih menekuni tari genre tarian tradisional Nusantara berguru pada penari professional maestero tari Indonesia termasuk dengan Didik Ninik Thowok. Emma melanglang buwana mementaskan pertunjukkan tari diberbagai benua Eropa, Asia maupun Amerika. Komitmennya untuk terlibat dalam Bakul Budaya mengajar tari dilandasi pemikiran yang berangkat dari keprihatinan bahwa tidak jauh dari Ibukota, ada satu daerah menurut survey adalah peringkat pertama dalam intoleransi. Yapong adalah tari karya maestro dari tanah jawa yang menceritakan tentang remaja Betawi yg berkumpul bersama bersuka ria. Makna nya adalah maknanya adalah tak perlu sekat SARA dalam berbudaya dalam kehidupan.Karena sejatinya kita semua sama. Tak perlu disekat ataupun dikotakkan. Sehingga kesertaanya menjadi pengajar tari sukarela adalah ingin menjadi bagian dalam pergerakan mengembalikan Indonesia yang toleran, rukun, saling menghargai. Dari kegiatan mengajar tari Yapong ini diakuinya sebagai pengalaman yang sangat menyenangkan menjadi bagian dari komunitas para kakak, ibu, bapak yang bersemangat untuk belajar mengambil peran sebagai duta budaya Indonesia. Selaku instrutkur tari, Emma Wuryandari didampingi asisten latih Sufiania Nayasubrata.
Berkumpul Menghikmati Kekayaan Bangsa: Lagu Indonesia Raya 3 Stanza
Saya pertamakali datang ke acara Bakul Budaya untuk menyaksikan kegiatan berlatih tari pada 3 Septmber 2022. Waktu itu tiba di lokasi sudah pukul 8.30, sudah selesai manari satu sesi. Artinya saya tak sempat menyaksikan kegiatan dibuka dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya 3 Stanza. Peserta kegiatan mayoritas perempuan segala usia yang berasal dari Jabodetabek. Bahwa mereka dengan sukarela hadir ke lokasi di Kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat, pagi hari (07.30-09.30 wib) menunjukkan adanya keinginan, kerinduan untuk kembali ke jatidiri budaya bangsa khususnya dalam berkesenian. Bila dihayati lirik Lagu Kebangsaan Indonesia 3 stanza sebagai berikut:
Indonesia Tanah Airku Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri Jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku Bangsa dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku Negeriku yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya
II
Indonesia Tanah Yang Mulia Tanah Kita Yang Kaya
Disanalah Aku Berdiri Untuk Selama-lamanya
Indonesia Tanah Pusaka Pusaka Kita Semuanya
Marilah Kita Mendoa Indonesia Bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah Jiwanya
Bangsanya Rakyatnya Semuanya
Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya
III
Indonesia Tanah Yang Suci Tanah Kita Yang Sakti
Di sanalah Aku Berdiri Menjaga Ibu Sejati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Yang Aku Sayangi
Marilah Kita Berjanji Indonesia Abadi
Selamatlah Rakyatnya Selamatlah Putranya
Pulaunya Lautnya Semuanya
Majulah Negerinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
(Reff: Diulang 2 kali)
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya
Bisa terbayang sahdunya para peserta Bakul Budaya, yang mayoritas sudah bersiap dengan kain (dan selendang) yang beragam corak dan warna, sebagai penanda signifier dari identitas budayanya, menambah kehikmatan kegiatan. Terlebih acara dilingkupi pepohonan rindang dan bunga Anggrek bulan yang menampilkan diri di sana sini. Menambah inspirasi dan kecintaan pada kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia.
Pada tanggal 8 Oktober 2022 lalu, tepat menandai pekan ke-6 pegiat Bakul Budaya menyelenggarakan kegiatan di halaman pelataran Fakultas Ilmu Budaya UI, dimanfaatkan untuk memperingati Hari Lahir pencipta tari Yapong, Bagong Kusudiardjo yang jatuh pada 9 Oktober dengan event “Tanda Cinta untuk Pak Bagong” dimana seluruh peserta menari Yapong didepan khalayak undangan. Hadir pada acara tersebut keluarga Bagong Kusudirardjo, Rondang Ciptasari (mba Oni) anak) sekaligus memberi masukan tentang kostum Yapong dan gerak Yapong. Acara ramai dihadiri civitas akademika termasuk Dekan Fakultas Ilmu Budaya Bondan Kanumoyoso, dan akademisi yang memiliki ketertarikan budaya dari fakultas lain, dan masyarakat umum termasuk maestro dan pegiat seni tari Wiwiek Widyastuti dan Elly Lutan . Disediakan pula kuliner khas Betawi yang dapat dibeli oleh warga. Tentunya panganan tradisional dari gotong royong para peserta yang giat berlatih pun tersedia.
Kegiatan Bakul Budaya UI dalam melestarikan salah satu Tarian Nusantara sekali lagi mencerminkan bukti bahwa benarlah adanya Indonesia menjadi Negara paling Generous di dunia menurut Global World Index 2022, sebagai Most Generous Countries in the World.[ii] Negara Indonesia sebagai negara dengan sifat kerelawanan tertinggi, yaitu menolong orang asing, menyumbang uang untuk charity/kemanusiaan menjadi relawan/sukarelawan. Pegiat Bakul Budaya adalah relawan budaya baik instruktur tari ka Emma dan Mba Nia , crew photo Gunawan Wicaksono, sound man Abrar dan perlengkapan Oka dan seksi sibuk Ayi dan Qori dan tentunya para peserta yang hadir dari penjuru jabodetabek yang pagi hari hadir berlatih tari, dan bergotong royong menyiapkan dan berbagi panganan tradisional usai latihan. Panganan yang mencerminkan kekayaan Indonesia, sama dengan kostum dan pakaian yang dikenakan oleh peserta Bakul Budaya UI.
Kegiatan Bakul Budaya FIB UI bersama instruktur tari Ka Emma dan Ka Nia Instagram @emmalovewena @sufianianayasubrata informasi lebih lanjut @bakulbudaya.id
[i] “What is surprising, however, is that feminist interests in the representation of women’s bodies, have not focused on dance as a site for analysis, given the centrality of the body in dance (Polhemus, Thomas)” dalam(Gender, Dance and Culture., Helen Thomas 1993)
[ii] https://www.cafonline.org/docs/default-source/about-us-research/caf_world_giving_index_2022_210922-final.pdf