RA Kartini, Aku Tak Akan Berhenti Menulis Tentangmu
Perempuan Indonesia selayaknya bangga, bahwa kita memiliki Leluhur Eyang Putri tokoh teladan perjuangan mulia Raden Adjeng (Ayu) Kartini putri dari Jepara, Jawa Tengah, selain Beliau, kita juga memiliki para Luhur lain putri-putri dari daerah lain yang pada masa hidupnya di arcapada telah menghabiskan masa bhakti bagi Bangsa, perempuan maupun lingkungan sekitar tempatnya tinggal. Para Perempuan tersebut ada yang tercatat dalam sejarah modern dan disematkan Gelar Pahlawan Nasional oleh Negara Republik Indonesia dari Barat hingga Timur Nuswantara. Mulai dari Cut Nyak Dhien, Rasuna Said, M. Walanda Maramis hingga Martha Tiahahu, Dewi Sartika. Para beliau adalah panutan tokoh perempuan modern Indonesia. Namun diluar itu semua tak sedikit nama-nama yang melekat dimasyarakat apakah sebagai “mitos” atau legenda, yang perlu penelitian lanjutan untuk membuktikan fakta sejarah yang belum terungkap, yang berasal dari berbagai wilayah di Nuswantara. Seperti Putri Selendang Buih (Kilisuci) dari Kalimantan, Putri Diah Pitaloka dari Jawa Barat, Nyi Ageng Serang, Santika Maha Dewi dan Putri Atlantik.
Berhubung kini kita tinggal dan hidup dalam masyarakat modern dimana “materi” dan salah satu material penting adalah yang tertulis, yang terlihat, dan yang nampak sebagai hal utama untuk menjadi wacana penting. Maka R.A Kartini dengan peninggalan tertulisnya menjadikan Beliau dan pemikirannya sebagai sumber yang tak habisnya memberi inspirasi bagi kita semua. Tentunya tak dapat dipungkiri juga bahwa dunia “modern” secara wacana maupun Ilmu Pengetahuan dunia secara faktual yang dalam penguasaan Barat. Sehingga walaupun Dewi Sartika juga menulis, Rohana Kudus juga menulis, namun secara isi serta muatan tulisan dan kisahnya pun berbeda topik, keluasan maupun strukturnya. Terlebih pada masanya Ibu Dewi Sartika, keluarganya memiliki kisah konflik langsung dengan penguasa kolonial.
Raden Ajeng Kartini (masih gadis) menulis tentang banyak hal, tentang berbagai topik yang beragam mulai dari agama, budaya, ekonomi, sastra, kehidupan masyarakat dan tentunya tentang penindasan perempuan. Tulisan RA Kartini memiliki referensi yang luas dan kaya, dari terbitan berbahasa belanda di Hindia Belanda, hingga berbagai buku karya sastra karya penulis luar negeri, dari surat kabar, jurnal ataupun dari pengamatan dan percakapan dalam kehidupan sehari-hari.

RA Kartini, seorang perempuan muda yang memilih memanfaatkan status dan privilege yang dimilikinya untuk tujuan yang mulia. Tujuan kemerdekaan dan pembebasan kaum tertindas. Pemikiran progresif RA Kartini bahkan masih dianggap melampaui jaman kini, tak hanya jamannya saja. Bagaimana seorang perempuan ningrat yang secara tradisi sempat dipingit, dapat menerobos tembok dan memiliki kesempatan menemui langsung para perajin ukir di luar rumahnya, serta menuliskan pengalamannya tersebut dan mempromosikan karya para perajin, serta menjualnya jauh ke negeri Belanda (eksport), Kartini juga tidak sungkan berbincang dengan pembantu (emban) yg pada masanya bukan hal yang biasa dilakukan kaum ningrat.
Adapun apabila RA Kartini lebih dikenal memperjuangkan emansipasi perempuan, hal ini karena pada realitas kemajuan baik di Hindia Belanda maupun di Eropa, perempuan masih mengalami hal yang sama penindasan. Untuk itulah Kartini, mengusulkan suatu kepada Pemerintah Kolonial dengan mengirimkan surat tentang pendirian sekolah bagi anak perempuan. Pun begitu emansipasi melawan penindasan yang dimaksudkan Beliau adalah juga emansipasi “kesertaan” laki-laki dalam perjuangan mengubah keadaan bangsa ke arah yang lebih baik termasuk dalam gerakan. Mengenai hal ini Kartini menangkap bahwa perjuangan laki-laki banyak.
Surat Kartini, 12 Januari 1900 kpd Nona Zeehandelaar
Dan apabila perjuangan oran laki-laki itu sudah sengit, maka akan bangkitlah kaum wanita. Kasihan kaum laki-laki, alangkah banyak pekerjaan yang akan kamu lakukan! (int. akan berhadap dengan laki-laki juga yang menolak membela perempuan)”
21 Jan 1901 kpd RM Abendanon Mandri.” …Dan pengajaran kepada anak-anak perempuan akan merupakan rahman. Bukan hanya untuk perempuan saja, melainkan untuk seluruh masyarakat bumipurta.”
Adapun tentang penolakan atas poligami banyak tulisan mengenai hal tersebut salah sastunya mengutip sebuah hadis Nabi yang menceritakan tentang :
“suami Fatimah yang kawin lagi, dan bagaimana perasaan Fatimah, ketika ditanya bapaknya, menjawab N“Tidak apa-apa bapak, tidak apa-apa”. Ayahnya memberinya telor mentah lalu minta kepadanya melekatkan dengan arah hatinya. Kemudian telur tersebut diminta Nabi kembali, lalu dipecahkannya. Telut tersebut telah masak!
Penggambaran perasaan dapat berbeda dari kata dan hati. Terkait hadis tersebut RA Kartini menyimpulkan “Hati perempuan Timur sejak itu tidak berubah. Cerita ini sekaligus menjelaskan kepada kita tentang pikiran kebayakan perempuan terhadap laki-laki yang kejam itu.” 1901 Agustus kepada N. Van Kol.
Perjuangan RA Kartini bersama kedua adik perempuannya Roekmini dan Kardinah bukanlah perjuangan mudah, dan tentu saja berbeda dengan penderitaan dan penindasan yang dialami perempuan pada saat itu, sehingga bentuk perlawanannya pun berbeda, pun begitu apa yang dicita-citakannya untuk memajukan perempuan dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang beragam adalah memiliki tujuan mulia dan bagi bangsa yang lebih luas.
“Usaha kami mempunyai dua tujuan, yaitu turut berusaha memajukan bangsa kami dan merintis jalan bagi saudara-saudara perempuan kami menuju keadaan yang lebih baik, yang lebih sepadan dengan martabat manusia”. 1901 Agustus kepada N. Van Kol.
Itulah secuplik kenyataan dan fakta tentang cita-cita mulia RA Kartini, sebagai mana yang dituliskan dalam lirik lagu “Ibu Kartini” ciptaan WR Soepratman (pencipta lagu Kebangsaan Indonesia, “Indonesia Raya”,
Ibu Kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri jauhari
Putri yang berjasa
Se Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri yang suci
Putri yang merdeka
Cita-citanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaum ibu
Se-Indonesia
Ibu kita Kartini
Penyuluh budi
Penyuluh bangsanya
Karena cintanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
SELAMAT HARI KARTINI 2021, KIRANYA KESEHATAN MENJADI BEKAL PERJUANGAN BAGI KEMAJUAN BANGSA @umilasminah