Pengalaman Perempuan

Pengalaman Perempuan

Setiap tanggal 8 Maret oleh Perserikatan Bangsa-bangsa diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia. Pemilihan tanggal ini terkait dengan gerakan buruh perempuan 1908 yang antara lain pemimpin pergerakannya adalah Clara Zetkin.

Mengapa harus ada Hari Perempuan, tidak ada Hari Laki-laki? Di dalam dunia modern (baca dunia dalam pengaruh utama baca kolonialisme pengetahuan dan budaya bangsa barat), perempuan disingkirkan, bukan tersingkirkan. Disingkirkan artinya ada desain, rekayasa, upaya yang secara sistemik menyingkirkan perempuan dari budaya, pengetahuan dan kehidupan publik politik. Penyingkiran tersebut khususnya semakin matang setelah abad ke-15, setelah dunia terpukau dengan Cogito Ergo Sum. Pemikiran yang hampir meniadakan Rasa dan Spirit.

Setelah Abad ke-15, dunia kolonialis barat baca bangsa kulit putih berupaya menganeksasi Asia, Afrika. Saati inilah mulainya “keterbelakangan manusia” dan “sikap mulai tak mengenali Alam” “hingga mengeksploitasi Alam”. Sikap-sikap patriarkis yang sejati, mengekploitasi dengan hampir tanpa berpikir panjang “berkelanjutan” dari apa yang diambilnya, misalnya hutan yang ditebang tanpa memilikiran habitat dan biota yang hidup diseputar hutan tersebut. Secara garis besar karakter patriarki yang sama dengan kapitalis adalah rakus, selalu ingin berlebihan, sehingga selalu ekspansif. Karakter ini mirip dengan laki-laki secara biologis yang ketika masih bayi dalam perut Ibunya, sang Ibu merasakan perbedaan soal makannya, janin perempuan dan janin laki-laki.

Secara biologis perempuan mengalami pengalaman yang sama, menstruasi. Secara sosial perempuan mengalami penindasan patriarki, dengan kadar yang berbeda, tergantung kondisi sosial budaya dimana perempuan tinggal. Kesamaan pengalaman penindasan terhadap perempuan ini yang secara luar biasa dinyatakan saat wakil perempuan dari seluruh dunia berbagi pengalaman dalam Pembukaan Konfrensi Perempuan sedunia 1995 di Beijing. Pada Konfrensi ini Hillary Clinton ibu Negara USA menyatakan “Hak Perempuan adalah Hak Asasi Manusia Womans Rights is Human Rughts. Perempuan dari berbagai negara menceritakan pengalaman ketertindasan, pada saat itu banyak peserta konferensi menitikan air mata mendengar dan menyimak kisah dan pengalaman serta kegetiran kehidupan perempuan karena patriiarki. Pada Konfrensi ini pulalah para perempuan peserta komfrensi yang mewakili negara masing-masing bersepakat untuk mengubah keadaan agar komdisi dapat menjadi lebih baik dengan “Beijing Platform for Actions” Landasan Aksi Beijing yang menggarisbawahi 12 area kritis

* women and poverty  *Education and training of women
* Women and health. * Violence against women. * Women and armed conflict.
* Women and the economy. * Women in power and decision-making. …
* Mekanisme institusi pendukung  * Human rights of women. … * Women and the media.
* Girl Child /anak perempuan* Women and Environment

Setelah 25 tahun berjalan, tiap negara melaporkan perkembangan aksinya terkait perbaikan di 12 area di atas. Pemilihan ke-12 area itu menunjukkan bagaimana perempuan diseluruh dunia mengalami penindasan paling common “biasa” dan semuanya mengalami dengan gradasi yang berbeda. Tak sulit mencari data dan fakta perempuan lebih miskin dari laki-laki, tak sulit mencari berita tentang kekerasan terhadap perempuan, atau betapa susahnya mencari perempuam yang memimpim Media Massa, sama sulitnya mencari berita olahraga atau turnamen perempuan di media massa umum baik televisi maupun suratkabar. Padahal sepakbola ajang Piala Dunia Perempuan sudah ada sejak 1994, atau turnamen profesional basket WNBA sejak 1997.

Sebagai manusia yang sama dengan laki-laki,ciptaan Yang Maha Kuasa, menghirup udara yang sama di atas bumi yang sama, akan tetapi perempuan oleh paham patriarki dianggap tidak ada, sehingga Pengalaman Perempuan tidak ada dalam narasi sejarah, dalam wacana politik dan budaya umum..Pengalaman yang sama pada semua perempuan telah mengantarkan perempuan untuk melakukan perlawanan, merebut apa yang menjadi haknya, yang diambil dan dicuri dari perempuan sepanjang masa modern…

 

 

Blog at WordPress.com.

Up ↑