Fakta Sejarah Disembunyikan: Semaun, Syafrudin Prawiranegara, Soedjatmoko

Fakta Sejarah dan Kebenaran Kejadian: Andil Para Tokoh Yang Disembunyikan

Sejarah Kelam Cendrung disembunyikan

Fakta sejarah adalah suatu kejadian yang dapat dilihat dari berbagai sisi pelaku, maupun saksi kejadian. Kejadian sejarah merupakan fakta masalalu, terjadi pada kurun waktu lampau. Di dalam masyarakat modern, sejarah seringkali dianggap sebagai cerita dan para pemenang para elit. Mungkin begitu adanya, sampai saat tertentu manusia di masa kini berani mendalami kejadian masalalu tanpa pretensi apa-apa, kecuali melihatnya sebagai kejadian masalalu yang sudah terjadi di konteks dan jamannya. Ada sejarah kelam. Terjadi dimanapun, Amerika Serikat, Canada, Australia juga kini mulai menguak sejarah kelamnya dengan suku asli Indian, Aborigin/Maori. Bangsa kolonialis dan penduduk asli.

Di Indonesia sejarah hitam antar bangsa sendiri. Baik pada masa modern Kemerdekaan maupun jauh sebelum negara modern belum terbentuk, sejarah kerajan-kerajaan Nusantara juga diwarnai cerita kelam perebutan kekuasaan. Banyak cerita sejarah hitam tak diceritakan kepada publik secara resmi melalui pelajaran sejarah. Ada berbagai alasan sah menurut penguasa tentang hal ini, salah satunya stabilitas keamanan, menghindari dendam dan kebencian. Orde Baru pernah melarang beredarnya buku karya Slamet Mulyana Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara yang menceritakan bagaimana masuknya Islam ke Nusantara. Ada fakta lain selain yang diajarkan pada siswa SDN pada tahun 1980an bahwa Islam masuk ke Nusantara secara damai.

Dibandingkan sejarah negeri modern lain di Asia, Indonesia memiliki sejarah Panjang yang hampir hilang dari jangkauan untuk ditelusuri, diakui dan diminati masyarakat kini. Sejarah pada masa sebelum kolonial Belanda, hampir tak dapat diketahui secara baik dan lurus bagi para pelajar tingkat SD, SMP, SMA. Kebesaran kerajaan-kerajaan Majapahit, Sriwijaya belum dapat dipaparkan secara akurat dalam konteks pembuktian material, sisa peninggalan artefak maupun arkeologinya. Meskipun secara konsensus para pendiri Negara modern Indonesia mengakuinya, sebagaimana ditemui dalam perumusan Dasar Negara dan UUD 1945 dalam sidand BPUPKI Mei-Agustus 1945. Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 11 Juli 1945 menyepakati bahwa wilayah Indonesia meliputi: a. Eks Hindia Belanda; b. Malaya; c.Borneo Utara; d.Papua, dan e. Timor Portugis dan semua pulau-pulau kecil sekeliling dari pulau pada huruf a sampai dengan e.[1]

Meskipun begitu, keterkaitan dan ikatan antar pulau-pulau di Nusantara masih dapat ditelusuri kini, dalam buku-buku sejarah lokal yang mengambil sumber dari sejarah lisan. Di berbagai tempat dapat juga ditemui artefak ataupun kegiatan budaya adat sehari-hari yang mirip ataupun perangkat kelengkapan rumah yang serupa dengan yang lainnya. Disamping kebesaran, keadilan dan kemakmuran pemerintahan pada masa jayanya kerajaan dan keratuan Nusantara, ada banyak kisah konflik dan perebutan kekuasaan. Fakta yang tidak sampaikan kepada pelajar. Padahal bilamanapun disampaikan dengan paparan dari berbagai sisi dan perspektif dapat memberikan gambaran yang baik sehingga penerimaan fakta sejarah akan lebih baik dan memperkaya pemahaman tentang hubungan-hubungan antar manusia.

Alhasil sejarah yang banyak disampaikan kepada publilk justru bersumber dari penelitian sejarah orang Belanda, bangsa Kolonialis, yang memiliki tujuan kepentingan mempertahankan penguasaannya di Nusantara. Tak heran yang diketahui warga banyak adalah tentang perang bubat antara Majapahit dan Galuh (Jawa dan Sunda) atau tentang Pembantaian suku Tionghoa di Batavia 1740. Tokoh yang mengkritik tentang penulisan sejarah Indonesia masih didominasi Belanda adalah Soedjatmoko, dari usahanya ini lahir An Introduction Indonesian Historiography  (terbit pertamakali tahun 1962) yang memuat tulisan tentang sejarah Indonesia tidak lagi ditulis semata-mata oleh bangsa Belanda.[2]  Melalui buku Historiografi ini, sejarawan dapat menelusuri jejak sejarah Indonesia melalui karya-karya yang tersebar dari berbagai sumber di tempat dipenjuru dunia, termasuk Soviet Rusia dan China. Buku ini dapat disebut sebagai satu dari berbagai sumbangsih Soedjatmoko bagi penelusuran perjalanan sejarah bangsa. Berbagai tulisannya hampir selalu memaparkan pentingnya kesadaran sejarah.

Transisi Kekuasaan Kolonial  yang Belum Tuntas

Di dalam perjalanan bernegara Indonesia, sebelum Indonesia merdeka, mereka yang berjuang melawan kolonial Belanda disebut sebagai kaum pergerakan, terjadi saat dimasa Pergerakan Nasional yaitu periode 1908-1928, Pergerakan Kemerdekaan 1928-1948, dan Revolusi Kemerdekaan -1958, Orde Lama/Demokrasi Liberal 1959- 1966, Orde Baru 1967-1998 dan Masa Reformasi 1999-  2004, -kini. Keenam periode ini melahirkan karakter perjuangannya sendiri. Cara berjuang, metode dan strategi, berbeda bila dibagi Dua Masa Besar, tujuannya sama Pertama: membebaskan Indonesia dari Penjajahan (Pembebasan Manusia dari Ketertindasan) 1908- 1958 dan Kedua: (Kesejahteraan dan Kesentosaan Bangsa).[3]

Pada periode Pertama Indonesia, sebagian bangsa Indonesia kalangan tertentu memulai mengenal diri sebagai manusia bebas, mengenali penjajahan. Kalangan manusia ini umumnya para terdidik dan priyayi. Konsep manusia bebas, penindasan, dan penjajahan dikenali dan dipahami melalui literatur bacaan yang bersumber dari barat (negeri penjajah). Teori-teori perlawanan terhadap penindasan dikenali dan dipelajari. Hingga memasuki awal kemerdekaan Indonesia wacana ini masih menguat dan mencari bentuknya. Sedangkan sebagai manusia Nusantara, transisi dari tradisional dan modern baik dalam bentuk pemerintahan maupun kehidupan sehari-hari belumlah dapat terjadi secara nyata dan merata.

Peraturan Pemerintah yang diterbitkan oleh Pemerintah Soekarno tentang hukum nasional meniadakan hukum adat.kerajaan dengan memberlakukannya UU No.1 tahun 1946 (KUHP berlaku di pulau Jawa dan Madura) dan dengan UU No.73 tahun 1958 KUHP berlaku diseluruh wilayah Indonesia. Artinya pada tahun 1958 segala peraturan dan kewenangan yang dimiliki oleh sistem pemerintahan lokal (kerajaan, kesultanan) tiada memiliki kekuatan dan kewenangan lagi. Undang-undang KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda tersebut hingga kini masih berlaku, praktek penegakan dan implementasi detail yang belum diatur dalam KUHP diatur lebih jauh dalam Undang-undang lainnya.

Bila dilihat secara kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, KUHP yang menjadi pengatur denyut kehidupan Warga Negara Indonesia untuk teratur dan tertib saja masih menggunakan sumber hukum kolonial, apakah ini bukan menandakan transisi kekuasaan (ekpolsosbud) yang belum selesai? Periode Pertama Masa Besar Masa Transisi yang belum tuntas terjadi mungkin hingga kini. Pemerintahan modern tetapi pola pikir dan budaya tradisional masih melekat didalam kehidupan masyarakatnya.

Sejarah Kelam Pasca Indonesia Merdeka

Sebelum negara Indonesia mencapai tujuan Kedua, kesejateraan dan kesentosaan Bangsa,sisa-sisa dari tujuan perjuangan Satu masih belum tuntas. Kisah dan sejarahnya secara faktual tidak seluruhnya tersampaikan kepada publik. Sejarah berdarah dan kelam dilupakan, terutama pasca Indonesia merdeka, ketika kondisi masyarakat yang sejahtera masih jauh dari bayangan, sementara perjuangan mendapatkan kemerdekaan telah melalui pergorbanan tak sedikit, jiwa dan raga, materi rohani. Timbulan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah, yang baru berjalan dan belum stabil.

Berbagai pemberontakan terjadim   pemberontakan PKI 1948 (jawa timur) membawa korban rakyat Indonesia, Pemberontakan PRRI 1958 (sumatera), Pemberontakan DITII (Jawa Barat, Aceh, Sulawesi, Kalimantan rentang tahun berbeda 1949-awal tahun 1960an). Masa terjadinya pemberontakan terjadi saat pembentukan pemerintahan yang belum dapat menjamin kenyamanan warga. Pemerintahan dan Politik yang dipilih sebagai bentuk negara modern (meninggalkan pemerintahan aristokrasi yang bersifat lokal tradisional kepada pemerintahan pusat (Ibu Kota Negara RI, dan Pemerintahan RI)  yang bersifat Nasional dan Modern). Disini pembebasan manusia dari ketertindasan masih menjadi topik yang hangat. Sudah merdeka namun belum sejahtera, apalagi Sentosa. Maka orang-orang atau tokoh politik/politisi, yang pada masa kolonial didominasi aristocrat, pada masa awal kemerdekaan pun sesungguhnya masih diwarnai oleh kalangan aristocrat/priyayi/ningrat namun telah memeluk pandangan barat tentang pembebasan manusia, persamaan manusia egaliter. Apabila pada masa kolonial aristocrat memegang kendali pemerintahan karena mendapat restu Belanda, maka politisi apakah dari kalangan priyayi atau bukan mulai merebut dan menguasai pemerintahan di awal kemerdekaan.

Bagi masyarakat kini, para pelajar yang life span-nya jauh dari berbagai peristiwa di atas, kurang informasi tentang uraian fakta dalam pelajaran sejarah resmi di sekolah, sehingga banyak hal tak diketahui generasi kini. Seakan semua tidak pernah terjadi. Padahal yang terjadi dalam rentetan hidup sejarah bangsa adalah pelajaran bagi masa depan. Disamping itu, ada fakta sejarah yang kurang disampaikan kepada publik, kepada masyarakat Indonesia. Sejarah yang terjadi pada masa pra kolonial maupun yang terjadi saat perjuangan melawan kolonial, serta di awal kemerdekaan.

Tulisan ini hendak mencoba memaparkan fakta sejarah perjuangan di masa kolonial belanda maupun saat awal kemerdekaan yang motornya adalah tokoh pusat. Fakta sejarahnya banyak tidak dimunculkan dan tidak disampaikan sebagai kebenaran kejadian, hanya karena pada priode tertentu tokoh-tokoh yang terlibat pernah atau diduga pernah terlibat dalam pemberontakan.

Pemberontakan memang kerap terjadi dijaman awal kemerdekaan. Hal ini dimungkinkan karena Kemerdekaan yang diharapkan membawa perubahan ke arah lebih baik bagi masyarakat belum mewujud. Sebagai suatu jembatan emas menuju masyarakat sentosa tampak masih jauh dan kelihatan tak mungkin. Mengapa? Di negeri kaya raya   Sumber daya alamnya seperti Indonesia negeri merdeka tak serta merta menjadikan rakyat sejahtera,

Berbagai pemberontakan melawan pemerintah pusat dan penumpasannya mau tak mau ada andil negara lain. Bagaimanapun fakta di dunia segala jenis persenjataan perang yang membutuhkan pasar adalah produsen senjata tersebut dan ada negara yg paling dominan dalam market itu.

Berbagai pemberontakan di atas tidak disampaikan dengan lengkap dalam buku-buku sejarah. Biasanya yang disampaikan pemberontak terjadi karena A, B, C tanpa menungkapkan berapa jumlah korban yang hilang, meninggal ataupun apa yang menjadi “bekas” “luka” karena terjadinya pemberontakan. Apakah disampaikan bahwa pemberontakan adalah perang antara sesama bangsa Indonesia. Bagaimana proses penyelesaian pemberontakannya. Bagaimana semua dapat ditelusuri dan diungkapkan dalam berbagai sisi.

Tak banyak yang tahu bagaimana Pemberontakan PRRI Permesta menimbulkan trauma mendalam bagi suku di Sumatera Barat, atau bagaimana masyarakat terpecah saat pemberontakan PKI di Madiun dan bagaimana peristiwa pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda yang dilakukan oleh serikat pekerja kereta api tidak banyak diketahui orang. Itulah penyembunyian sejarah kelam, yang melahirkan politik “kebencian” terhadap suatu kelompok atau golongan hingga kini masih bisa dipraktekkan, dan contoh tervalid adalah bagaimana dalam kurikulum pelajarah sejarah bahkan di perguruan tinggi tidak menampilkan fakta tentang tokoh-tokoh pusat yang memberi kontribusi bagi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.

Mari kita kembali ke fakta masalalu tentang Fakta Kebenaran perjuangan dan sumbangsih pelaku sejarah yang disembunyikan oleh tokoh pusat di dalam perjalanan bernegara.

Tokoh yang Andilnya “Disembunyikan”

Pemberontakan PRRI Semesta yang berpusat di Sumatera Barat 1958-1961 pembangkangan militer daerah dan dukungan tokoh pusat dan bantuan Amerika Serikat membuat partai yang terlibat Partai Sosialis Indonesia dan Masyumi dibubarkan.

Tokoh pusat yang terlibat telah mendapatkan hukuman, dan rakyat umum, maupun simpatisan telah banyak yang kehilangan nyawa,harta benda, dan trauma. Pada priode tertentu para tokoh itu, mungkin telah mengalami rehabilitasi dari pemerintah yang berkuasa, namun ketika informasi tentang sumbangsih dan andilnya bagi Negara tidak disampaikan kepada publik, khususnya masyarakat kini yang telah berjarak jauh dari kejadian dan peristiwa masalalu, apakah bukan berarti telah menghilangkan hak “pengetahuan” tentang sejarah bangsanya sendiri?

namun ketika informasi tentang sumbangsih dan andilnya bagi Negara tidak disampaikan kepada publik, khususnya masyarakat kini yang telah berjarak jauh dari kejadian dan peristiwa masalalu, apakah bukan berarti telah menghilangkan hak “pengetahuan” tentang sejarah bangsanya sendiri?

Disini hanya akan mengangkat 3 tokoh pusat yang dalam aktivitas perjuangannya telah ada sebelum Kemerdekaan Indonesia dan sesudah kemerdekaan, namun jejaknya dan sumbangsihnya  tidak tersampaikan karena probabilitas ada kaitannya dengan Parpol yang dibubarkan, yaitu Semaun, Soedjatmoko, Syafrudin Prawiranegara.

Semaun aktivis Sarekat Islam sejak remaja 1918, kemudian menjadi Pendiri PKI, pernah di penjara oleh kolonial Belanda karena tulisannya di media massa 1919, ketika menjadi aktivis buruh 1923 melakukan pemogokan buruh kereta melawan kolonial. Selama ditahan Belanda sempat menulis novel Hikayat Kadiroen terbit 1920, yang bercerita tentang kondisi masyarakat kolonial dari persfektif ketidakadilan warga terjajah, perlawanan kolonial yang cukup detail. [4]Ia menulis brosur berjudul Indonesia tahun 1940 yang tersebar luas. Menulis buku pelajaran bahasa Indonesia pertama untuk dipelajari di Uni Soviet/Rusia, saat di Uni Soviet dipercaya menjadi anggota Comitern Uni Soviet menjadi Ketua Badan Pembangunan Turkmenistan. Kembali  ke Indonesia tidak lagi aktif dalam PKI (karena menurutnya berbeda arah), bekerja di kantor pemerintah menjadi Wakil Ketua Bapekan (Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara) yang diketuai Sultan Hamengkubuwono IX, pernah mengajar ekonomi di Universitas Pajajaran dan mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Pajajaran. Keluarganya di Curahmalang Mojokerto pada saat terjadinya G30SPKI habis dibunuh. Semaun sendiri meninggal dunia 1971 dalam Islam, dimakamkan di makam keluarga di Pasuruan Jawa Timur.

Syafrudin Prawiranegara:Pada masa mahasiswa menulis tentang seorang Belanda Prof. Eggens yang telah menghina bahasa Indonesia sebagai bahasa rendah, Een Holandse Kwajongen (Seorang Belanda yang Bergajul dan Bodoh). Menjadi satu-satunya Warga Negara Indonesia yang menjadi Presiden De Javasche Bank (1951-1953) dan Gubernur Bank Indonesia (BI) pertama (1953-1958) sebagai hasil dari nasionalisasi DJB.  Ketua (semacam presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia PDRI di Sumatera Bart saat Presiden Soekarno dalam tahanan Belanda 1948. Tahun 2011 dianugrahi gelar Pahlawan Nasional.

Soedjatmoko salah satu delegasi Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan penuh di PBB 1947 ketika Agresi Militer Belanda, di AS aktif mencitrakan Revolusi Kemerdekaan Indonesia kepada gerakan perempuan dan universitas, turut menyiapkan pendirian kedutaan Inggris dan Amerika awal Kemerdekaan Indonesia, sebagai jurnalis di Deplu sangat berperan pada masa awal kemerdekaan memberitakan fakta perjuangan Indonesia kepada dunia internasional. Pernah menjadi anggota DPR/Konstituante, menjadi Duta Besar Amerika Serikat 1968-1971, menjadi Rektor United Nations University 1980-1987, Menerima RamonMagsaysay Award 1978 untuk Peace and Internasional Understanding (PIU), Asia Society Award (1985), dan Universities Field Staff International Award for Distinguished Service to the Advancement of International Understanding (1986) dan dari Negara Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma 2017. Tahun yang akan 2022 akan menjadi peringatan 100 Tahun Soejatmoko, rencananya informasi dari keluarganya, akan dihelat berbagai kegiatan untuk membumikan kembali pemikiran Soedjatmoko kepada generasi kini.

Soedjatmoko merupakan salah seorang yang Bung Karno telah “melihat” masa depannya, ketika kepada mahasiswa yang mengantarnya seusai rapat di Cikini 71 tahun 1944, berkata,” Soedjatmoko dan Soedarpo itu nanti menjadi orang besar” (Pergumulan Seorang Intelektual, biografi Soedjatmoko dikutip dari Rosihan Anwar., Soedarpo Sostrosatomo, Suatu Biografi 2001). Soedjatmoko adalah tokoh yang terlibat dalam pemerintahan Soekarno dan Soeharto, dan pernah berkomunikasi dengan Semaun (saat di Moskow tahun 1950an) dan Syafrudin Prawiranegara (saat menjadi anggota USI Unitas Studiosorum Indonesiensis).

(Waktu awal kuliah, mengetahui bahwa PKI didirikan oleh orang dari Sarekat Islam, penulis agak kaget juga 🙂 , jaman Orba ) @umilasminah

Soedjatmoko usia 25tahun, paling kiri dibelakang Syahrir, Dewan Keamanan PBB 1947.
Semaun, dari Sarekat Islam mendirikan Partai Komunis Indonesia

[1] S.Silalahi, M.A., Dasar-dasar Indonesia Merdeka versi Para Pendiri Bangsa, Gramedia.,2001., hal.236.

[2] Soedjatmoko, An Introduction to Indonesian Historiography– Equinox Publishing (edisi 2006), hal xiii

[3] Periodesasi Sejarah Indonesia yang umum terbagi sebagai mana disebutkan diatas antaralain disampaikan oleh AK Pringgodigdo.; Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,; Nugroho Notosusanto-Sartono Kartodirjo dalam buku Sejaran Nasional Indonesia Jilid V

[4] Semaoen., Kadiroen, penerbit Bentang 2000

Syafrudin Prawiranegara

Blog at WordPress.com.

Up ↑